Survei hidrografi adalah bagian penting dalam pemetaan perairan, baik di laut maupun sungai. Kegiatan ini mencakup pengukuran kedalaman, pemetaan dasar perairan, dan identifikasi fitur- bawah air.
Survei hidrografi mendukung keselamatan navigasi, perencanaan pembangunan pesisir dan offshore, mitigasi risiko lingkungan, dan berbagai aplikasi ilmiah lainnya. Artikel ini akan membahas apa itu survei hidrografi, teknik-teknik yang digunakan, tantangan, dan contoh penerapan serta hasil penelitian dari jurnal internasional.
Apa Itu Survei Hidrografi?

Survei hidrografi adalah proses pengumpulan data tentang kedalaman air, kontur dasar air (bathimetri), fitur-terendam (submerged features), serta kondisi laut/sungai yang relevan (arus, pasang surut, fenomena air).
Data tersebut penting untuk peta laut (nautical charts), navigasi kapal, pengelolaan pesisir, dan juga penelitian kelautan. Proses ini melibatkan referensi vertikal (datum vertikal), posisi horizontal yang akurat, serta koreksi terhadap variabel seperti kecepatan suara dalam air.
Surveyor biasanya menggunakan beberapa teknik dan alat berikut dalam survei hidrografi:
- Multibeam Echosounder (MBES): Pengukuran kedalaman dan bentuk dasar laut secara luas dan detail. Punya resolusi tinggi dan cakupan area yang besar, efisien jika dioperasikan dengan benar, akan tetapi biaya tinggi, perlunya kalibrasi, data besar, pengaruh noise dan efek sensor misalignment sangat signifikan.
- Single-beam Echosounder: Survei dasar sederhana, terutama di area sempit atau dangkal. biaya lebih rendah, lebih sederhana. Akan tetapi cakupan terbatas, kurang detail dibanding MBES.
- Side Scan Sonar: Mendapatkan citra permukaan dasar laut atau sungai; deteksi objek/submerged features. Baik untuk mendeteksi objek-teras, struktur, shipwreck, pipa, dsb. Tapi tidak memberi data bathimetri secara langsung; butuh integrasi dengan sonar kedalaman atau teknik lain.
- Bathymetri dari UAV / citra optik / photogrammetri: Untuk area dangkal, dengan visibilitas air baik; kombinasi metode optik/citra udara. Biaya relatif rendah; data visual; cocok untuk mapping cepat di area dangkal. Tapi bisa mempunyai kesalahan tinggi jika refraksi air, gelombang, turbidity; perlu kalibrasi dan validasi terhadap data sonar.
- Unmanned Surface Vehicle (USV): Survei kedalam laut yang lebih dalam atau area yang sulit dijangkau kapal tradisional; robotik memberi fleksibilitas. Bisa menjangkau area sulit; efisiensi operasional; data berkualitas tinggi dengan manuver yang presisi. Perusahaan harus menyiapkan biaya pengadaan yang tinggi, mengoperasikan serta memelihara peralatan secara teknis, dan memperhatikan faktor lingkungan maupun keamanan operasional.
- Referensi posisi (GNSS / RTK / Network RTK): Mendapatkan koordinat horizontal dan vertikal yang akurat. Presisi tinggi karena RTK membantu dalam koreksi posisi secara real time. Surveyor membutuhkan sinyal yang baik; mereka bisa menghadapi masalah di perairan dalam atau area yang terhalang; dan mereka harus memperhatikan koreksi terhadap sistem datum.
Tantangan dalam Survei Hidrografi
- Kondisi lingkungan: kedalaman air, visibilitas, kekeruhan (turbidity), arus, gelombang – semua mempengaruhi pengukuran suara, refleksi sonar, dan citra optik.
- Kalibrasi dan kesalahan sensor: misalignment sensor, kesalahan waktu suara dalam air, drift GNSS, efek cuaca. Studi seperti pada multibeam survey menunjukkan bahwa sensor yang tidak terkalibrasi dengan baik bisa memberi kesalahan yang signifikan.
- Keterbatasan sumber daya: peralatan mahal, kapal survei, SDM terlatih. Di banyak negara kepulauan, masih banyak wilayah perairan yang belum dipetakan secara memadai.
- Standarisasi data dan referensi: penggunaan datum vertikal dan horizontal yang konsisten, format data, interoperabilitas sangat penting agar data survei bisa digunakan secara luas dan akurat.
- Efisiensi biaya dan waktu: memilih metode yang tepat berdasarkan kondisi area survei agar tidak boros waktu dan anggaran.
Survei hidrografi adalah elemen krusial dalam pengelolaan dan penelitian perairan laut dan sungai. Surveyor terus mengembangkan teknik, mulai dari sonar single dan multibeam, sensor robotik seperti ASV/AUV/ROV, hingga pemanfaatan citra optik dan machine learning.
Standar internasional seperti IHO S-44 sangat membantu menjaga kualitas data. Studi-studi terkini menunjukkan bahwa teknologi baru dan metode pengambilan keputusan cerdas (decision tree, supervised learning) semakin penting untuk memilih metode survei yang optimal.
Bagi negara dengan garis pantai panjang dan wilayah perairan luas (seperti Indonesia), pemerintah perlu mengembangkan survei hidrografi yang andal agar peta laut tetap akurat, keselamatan pelayaran tetap terjaga, dan pengelola sumber daya laut serta pesisir bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Referensi:
- Hanif Hamden, Mohammad; Md Din, Ami Hassan. A review of advancement of hydrographic surveying towards ellipsoidal referenced surveying technique. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 169, 012019 (2018). DOI:10.1088/1755-1315/169/1/012019
- Elsobeiey, M. E. Performance of Network Real-Time Kinematic in Hydrographic Surveying. Journal of Marine Science and Engineering, 13(1), 61 (2025). DOI:10.3390/jmse13010061
- Joško Šoda, Ivan Karin, Mislav Maljković. The State of the Hydrographic Survey and Assessment of the Potentially Risky Region for Navigation Safety. Journal of Marine Science and Engineering, 11(8), 1498 (2023). DOI:10.3390/jmse11081498
- A Novel Method on Hydrographic Survey Technology Selection Based on the Decision Tree Supervised Learning. Applied Sciences, 11(11), 4966 (2021). DOI:10.3390/app11114966
- Basil, D. D.; Hart, L.; Kuro Tamuno, P. J. Assessment of the Effects of Sensors Misalignment of a Multi-Beam Hydrographic Survey. World Journal of Geomatics and Geosciences, 2(1), 38-46 (2022).
- Schmidt, V. Hydrographic Survey with Autonomous Surface Vessels: A Best Practices Guide. International Hydrographic Review, P-1(24), pp. 189-201 (2020).
- Hydrographic Surveying – https://oceanservice.noaa.gov/