Butuh Penawaran Harga Alat Survey?

Pengertian dan Dasar Dasar Navigasi

18 Januari 2021 - Kategori Blog

Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas. Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti:

  1. Peta topografi
  2. Penggaris
  3. Kompas
  4. Konektor
  5. Busur derajat
  6. Altimeter
  7. Pensil

Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi :

  1. Pengenalan Peta
  2. Pengenalan Kompas
  3. Memakai peta dan kompas dalam satu kesatuan

1, Pengenalan Peta

Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diproyeksikan dalam dua dimensi pada bidang datar dengan metode dan perbandingan tertentu. Peta yang biasanya digunakan dalam kegiatan pendakian gunung adalah peta topografi. Selain pendaki gunung, jenis peta ini juga dipakai oleh militer.kandungan informasi yang dimiliki oleh peta topografi seperti relief permukaan bumi, hutan, pemukiman penduduk, jaringan sungai, jalan dan sebagainya, keistimewaan peta topografi adalah skala yang besar namun hal ini menyebabkan peta topografi itu hanya menggambarkan suatu wilayah kecil saja. Ukuran peta topografi sebagai berikut :

– Skala 1 : 50.000
– Skala 1 : 25.000
– Skala 1 : 5.000

 

2, Pengenalan Kompas

Kompas adalah peralatan umum yang paling dikenal dan paling populer di dunia sebagai alat petunjuk arah. Kompas mempunyai jarum yang berfungsi menunjukkan arah mata angin.  kompas mempunyai pembagian arah mata angin sebanyak 32 buah dan garis pembagi derajat dari 0o samapi 359o, arah yang ditunjukkan oleh jarum kompas inilah yang dikenal dengan sebutan arah medan magnetik bumi, bukan arah kutub yang sebenarnya. Bagian-bagian kompas.

 

1, Jarum Kompas/ Jarum Magnet

Jarum kompas merupakan bagian terpenting pada sebuah kompas. Jarum ini dibuatdengan menggunakan magnet.

2, Piringan Derajat

di dalam kompas ada lingkaran yang terdiri atas garis-garis. Garis ini dikenal dengan garis pembagi skala derajat. Cara membaca skala derajat ini searah dengan jarum jam yang dimulai dari arah utara magnetis, kemudian melingkar menuju titik utara magnetis, kemudian melingkar menuju titik utara magnetis kembali.

3, Skala Piringan Derajat

Ada banyak macam untuk skala piringan derajat ini. Pembagian derajat internasional atau standarnya adalah seperti sudut lingkaran yaitu 360o. kompas militer mempunyai skala 6.000’: 6.300’ atau 64.00’.

4, Rumah Kompas

Merupakan tempat bagian kompas tersebut berada. Didalam rumah kompas biasanya juga diberi cairan bening sebagai penangkal luar. Cairan ini berfungsi melindingi kompas terutama dalam suhu -4oC sampai 50 oC Pada umumnya para penaki mengenal dua tipe kompas yang sering mereka gunakan di lapangan. Kedua macam kompas tersebut adalah :

  • Kompas Bidik atau Kompas Prisma

Kompas ini umumnya digunakan oleh militer, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi pendaki gunung untuk memakainya.

dasar-dasar-navigasi-1

  • Kompas protaktor/orientasi

Kompas jenis ini sudah dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Kompas ini sangat mudah digunakan. Terkadang kompas ini dilengkapi alat bidik. Jenis kompas ini banyak digunakan oleh kalangan penggiat kegiatan orientenering. Di Indonesia kompas ini dikenal dengan sebutan kompas Silva.

dasar-dasar-navigasi-2

3, Memakai Peta dan Kompas dalam Satu Kesatuan

 

A. Menghitung Harga Interval Kontur

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

  1. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
  2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
  3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
  4. Bagilah selisih ketinggian antara A – B dengan jumlah kontur antara A – B, hasilnya adalah Interval Kontur.

B. Mengenal Tanda Medan

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi
harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan
mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca
pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

  • Lembah antara dua puncak
  • Lembah yang curam
  • Persimpangan jalan atau Ujung desa
  • Perpotongan sungai dengan jalan setapak
  • Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
    Untuk daerah yang datar dapat digunakan:

    • Persimpangan jalan
    • Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

C. Menggunakan Peta

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu
titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:

  1. Koordinat titik awal (A)
  2. Koordinat titik tujuan (B)
  3. Sudut peta antara A – B
  4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
  5. Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah:

  • Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, baik di medan maupun di peta.
  • Gunakan tanda medan yang jelas baik di medan dan di peta.
  • Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengantanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
  • Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
  • Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
  • Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainlainnya.
  • Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan
    dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan.

D. Memahami Cara Plotting di Peta

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

  • Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaandimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
  • Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudiandengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A – T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
  • Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :

  • Kemiringan lereng + Panjang lintasan
  • Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurunpasir).
  • Keadaan cuaca rata-rata.
  • Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
  • Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

E. Membaca Koordinat

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

  1. Cara Koordinat Peta
    Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan:

– Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461)

– Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

F. Sudut Peta

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° – 360°). Sistem Azimuth adalah system yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya.

AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila
sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.

G. Teknik Membaca Peta

Prinsipnya, ” Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan ” Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.

  • Tanda Medan :

Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.

  • Arah Kompas :

Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.

 

  • Taksir Jarak :

Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumlah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehinggakita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
+10′ X 10′ untuk peta 1 : 50.000
+ 20′ X 20′ untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20′ X 20′ disebut juga LBD, sehingga pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
068 km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km. Jadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm. Akibatnya I LBD peta 20′ x 20′ skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.

 

  • Lembar Peta

    Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10′ X 10′ atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf
    A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran
    000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).

 

  • Penomoran Lembar Peta

Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0.

Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20′, tetapi daerah yang dipetakan adalahmulai dari 12″ sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48′ 27,79″ BT – (12° + 46° 20′ BT) = 8′ 27,79″, daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat Keterangan.

+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh.

+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1, 2, 3, 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,III LI).

+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.

+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar’s mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI – B.

Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan’ bujur 0° Jakarta Contoh: Lembar Peta No. 39/XL – A terletak diantara garis 7″ dan 70 10′ LS serta 0° 40′ dan 0° 50′ Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan’ Jakarta.

Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian.

 

 

Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!

Sumber:
Bahan Ajar Teknik Geodesi, Itenas-Bandung.

Dasar Navigasi, Membaca Koordinat, Pengenalan Kompas, Pengenalan Peta, Pengertian Navigasi, Plotting Peta, Sudut Peta, Tanda Medan

HUBUNGI KAMI DI WHATSAPP
error: Maaf ga bisa di klik kanan!!!