Pernahkah kalian mendengar kalimat seperti ini? “Iya, gedung ini sudah tidak layak guna atau pakai dikarenakan sudah terlalu miring sehingga berbahaya untuk melakukan aktivitas di gedung tersebut.” Hal ini dikarenakan bangunan mengalami perubahan baik dari posisi, bentuk atau dimensi benda sehingga menyebabkan bangunan miring. Lalu bagaimana cara mengetahui bangunan itu miring atau tegak lurus? Maka dari itu ada namanya survei deformasi dan geodinamika. Yuk simak lebih lanjut!
Menurut KBBI, deformasi adalah perubahan bentuk atau wujud dari yang baik menjadi kurang baik. Sementara menurut Kuang, deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda. Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif.
Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri tanpa adanya referensi tertentu. Sedangkan dikatakan relatif apabila gerakan itu mengacu pada titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau relatif).
Analisis deformasi dapat dilakukan secara geometrik (Chrzanowski dkk., 1986). Analisis geometrik ini dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.Pergeseran, yaitu analisis yang menunjukkan perubahan posisi suatu benda. Perubahan ditunjukkan dengan menggunakan data perbedaan posisi dimana data ini didapatkan dari perhitungan serta pengamatan pada waktu yang berbeda.
2.Regangan, yaitu analisis yang menunjukkan perubahan posisi, bentuk dan ukuran suatu benda. Renggangan biasanya dapat dilihat dengan menggunakan data pengamatan geodetik langsung atau data regangan yang diperoleh dari data pengamatan geodetik perubahan posisi.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi suatu materi adalah :
Bumi kita selalu bergerak dari jaman dahulu hingga sekarang dan setiap pergerakan nya pun bisa terjadi karena ada dua aktivitas. Aktivitas alam seperti pergerakan lempeng tektonik, aktifitas gunung meletus dan lain sebagainya. Lalu Aktivitas manusia yang seperti bangunan, bendungan, jembatan dan permukaan tanah.
Akibat dari kedua aktivitas tersebu, bangunan, jembatan dan rumah yang kita pijak pun mengalami deformasi. Dengan melakukan survei deformasi, dapat diketahui perubahan apa yang terjadi sehingga dapat melakukan tindakan preventif sebelum terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Ada dua metode yang bisa digunakan pada survei deformasi, yaitu metode konvensional, metode satelit dan metode citra satelit.
Metode ini biasanya lebih banyak digunakan untuk melakukan monitoring deformasi pada struktur bangunan seperti menara, gedung, dan jembatan. Total station di setting di referensi yang sama setiap kali pengamatan di lakukan. Titik bidik pada objek, juga dipilih satu untuk setiap kali pengamatan. Hal ini dilakukan supaya perbedaan atau pergeseran dapat terlihat. Penggunaan theodolite lebih sering digunakan untuk melihat kemiringan, dengan menggunakan bagian sudut. Sedangkan penggunaan total station, pergeseran dapat dilihat dari perbedaan koordinat. Pada beberapa objek tertentu, seperti jalan tol dan jembatan biasanya sudah dipasang reflector sheet atau prisma secara permanen. Reflector ini yang digunakan sebagai titik bidik untuk melakukan pengamatan deformasi. Pada beberapa objek bangunan seperti jembatan, biasanya sudah dilengkapi prisma yang terus
Pengamatan deformasi dengan menggunakan GNSS lebih sering digunakan untuk mengamati deformasi atau pergerakan tanah. Pergerakan tanah bisa terjadi secara alami maupun akibat dari aktivitas manusia. Pengamatan deformasi dengan GNSS biasanya dilakukan dengan pada mode statik. Analisis deformasi semacam ini lebih sering digunakan untuk memperkirakan suatu bencana seperti banjir, longsor, dan lainnya.
Salah satu jenis citra satelit yaitu citra radar mampu digunakan untuk melakukan pengamatan deformasi. Pengamatan deformasi dengan cara ini digunakan pada area yang luas. Dalam hal ini dapat dilakukan pada suatu kota atau bahkan pada sebuah pulau. Namun, penggunaan citra radar masih tetap memerlukan pengamatan GNSS pada beberapa titik sebagai validator. Hal ini dikarenakan citra radar masih memiliki resolusi yang sangat rendah.
Lalu bagaimana cara survei deformasi dilakukan? Secara real, berikut adalah penjelasan mengenai pengukuran deformasi. Sebagai contoh adalah pengukuran deformasi pada menara Pisa di Italia. Menara Pisa di Italia memiliki kemiringan hingga 4 derajat ke selatan.
Sobat survey bisa melakukan survei deformasi selama setahun dan setiap bulan nya mengambil data pada menara Pisa. Lalu kumpukan data yang diambil ddari bulan pertama hingga ke 12, lalu bandingkan data dari bulan pertama sampai bulan ke 12 untuk mengetahui apakah menara Pisa mengalami deformasi atau tidak. Jika mengalami deformasi, maka pemerintah Italia dapat segera melakukan tindakan pencegahan agar tidak semakin miring dan jatuh.
Sumber: Konsep Studi Deformasi dan Geomatika