Butuh Penawaran Harga Alat Survey?

Ilmu Ukur Tanah – Pemetaan Situasi

15 Januari 2021 - Kategori Blog

Pengertian Pemetaan Situasi

Pengertian pemetaan situasi adalah membuat gambaran sebagaian permukaan bumi (suatu daerah ) yang memuat informasi unsur-unsur buatan alam maupun buatan manusia yang dinyatakan menurut symbol-simbol tertentu dan digambarkan dengan skala tertentu diatas bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu. Tujuan dari pemetaan dapat digunakan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

Untuk dapat menggambarkan keadaan permukaan bumi tersebut, diperlukan pengukuran-pengukuran geodesi (surveying) pada dan diantara titik-titik dipermukaan bumi. Besaran – besaran yang diukur meliputi :

  • Arah
  • Sudut
  • Jarak
  • Dan ketinggian.

Secara skematis metode pemetaan situasi dapat digambarkan seperti pada skema berikut :

pemetaan-situasi-1

Proses pembuatan peta atau juga disebut pemetaan bila ditinjau dari perolehan datanya dapat dibedakan :

  • Pemetaan secara terestis               =  Pemetaan dimana seluruh data yang digunakan, perolehannya melalui pengukuran langsung dilapangan.
  • Pemetaan secara fotogrametris   = Adalah Pemetaan dimana sebagian datanya diperoleh melalui foto hasil pemotretan udara.

Proses Secara Umum Pemetaan Situasi

Pada pemetaan situasi terdapat beberapa proses diantaranya adalah :

  • Pengumpulan data.
  • Pengolahan data.
  • Penyajian data.

Ketiga proses tersebut saling kait mengkait, sehingga untuk memperoleh kwalitas peta yang baik maka tiap-tiap prosesnya harus dilaksanakan dengan baik melalui kecermatan dan keterampilan dari team pembuat peta. Dimana pemetaan merupakan gabungan antara ilmu seni (teorinya dan kwalitas penyajian data) dan teknik (tata cara melaksanakan teori tersebut dilapangan, perhitungannya).

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan Peta:

  1. Maksud dan tujuan dari pembuatan peta.
  2. Skala peta.
  3. Proyeksi peta.
  4. Penyajian simbol.
  5. Warna yang digunakan.
  6. Jenis dan ukuran huruf dan angka-angka.
  7. Ukuran lembar peta.
  8. Tata letak informasi tepi.
  9. Bahan yang digunakan.
  10. Peralatan gambar yang digunakan.

Pelaksanaan dan pengukuran pemetaan situasi

Kerangka Dasar

  • Pembuatan jarring kerangka dasar.
  • Penentuan titik awal koordinat dan tinggi.
  • Pemasangan patok / pilar:
    • Titik kontrol horizontal (polygon).
    • Titik kontrol vertikal (sipat datar).

 

Jenis Metode Penentuan Posisi pada Pemetaan Situasi

1, Pemetaan Detail Planimetris

Maksud dan Tujuan

Untuk memperoleh gambaran (peta) sebagian atau seluruh permukaan bumi pada posisi X dan Y sehingga memperoleh gambar / peta yang selanjutnya peta tersebut didunakan untuk keperluan teknis tertentu.

Dasar Teori

Terdapat beberapa metoda untuk memperoleh gambaran bentuk permukaan bumi, antara lain :

A, Metode Garis Tegak Lurus (Metode Siku-Siku)

Pada metoda ini setiap titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap garis ukur (garis lurus yang menghubungkan titil-titik kerangka dasar). Kemudian diukur jarak-jaraknya.

Berikut langkah langkahnya:

pemetaan-situasi-2

Keterangan : A, B      : titik kerangka dasar

Garis A-B dan C-D    : garis ukur

a,b,c,d,e,f                    : titik detail (pojok bangunan)

a’,b’,c’,d’,e’,f’              : titik proyeksi detail pada garis ukur dimana di titik tersebut merupakan tempat berdiri prisma siku.

Garis a’a, b’b, c’c, dan e’e adalah garis-garis tegak lurus pada garis ukur AB. Dengan mengukur jarak-jarak Aa’, a’a ; a’b’, b’b, b’c, c’c, c’d’, d’d d’e’ dan e’e posisi titik-titik a,b,c,d dan e relatif terhadap garis ukur AB dapat ditentukan dan posisi titik-titik a,b,c,d,e,dan f bias digambarkan/diplot. Masalahnya adalah bagaimana memperoleh titik-titik a’, b’, c’, d’, dan e’ untuk itu digunakan alat cermin sudut (prisma siku) dan tiga buah jalon serta pita ukur untuk jarak-jaraknya.

  1. Pasang jalon dititk A dan B (untuk membuat garis ukur dapat dibuat dengan bantuan tali rapia / pita ukur).
  2. Pasang jalon pada titik detail (misal di titik a).
  3. Pasang prisma (dengan cara dipegang) pada garis ukur kira-kira mendekati titik a’.
  4. Amati bayangan jalon di titik A dan B dan titik detail a, bila ketiga jalon tersebut sudah menjadi satu garis lurus berarti detail titik a sudah tegak lurus dengan garis ukur a.
  5. Beri tanda titik a’ pada garis ukur tersebut.
  6. Ukur jarak Aa’ (misal d1) dan a’a (misal d2)
  7. Ulangi seperti langkah 4 dan 5 untuk titik detail yang lain sampai dengan titik yang ke-n.
  8. Bila titik-titik detail masih ada yang belum diukur maka harus membuat garis ukur kembali dengan cara mebuat garis tegak lurus dengan garis ukur

B, Metode Trilaterasi

pemetaan-situasi-3

Lakukan pengukuran jarak-jarak antara titik-titik sehingga membentuk segitiga-segitiga sembarang (jarak antara titik detail, titik kerangka atau titik Bantu).

Peralatan yang digunakan :

  • Double prisma
  • Pita ukur
  • Jalon
  • Kaki tiga
  • Unting-unting
  • Alat tulis

 

Prosedur Pengukuran

a, Metode garis tegak lurus

Langkahnya :

  1. pasang jalon di titik A dan B ( untuk membuat garis ukur dapat dibuat dengan bantuan tali rapia / pita ukur.
  2. Pasang jalon pada titik detail ( misal dititik A ).
  3. Pasang prisma ( dengan cara dipegang ) pada garis ukur kira-kira mendekati titik A.
  4. Amati bayangan jalon dititik A dan B dan titik detail a, bila ketiga jalon tersebut sudah menjadi satu garis lurus berarti titik detail titik a sudah tegak lurus dengan garis ukur a.
  5. Beri tanda titik a, pada garis ukur tsb.
  6. Ukur jarak Aa, ( misal d1 ) dan a ‘ a ( misal d2 ).
  7. Ulangi seperti langkah 4 dan 5 untuk titik detail yang lain sampai dengan titik yang ke-n.
  8. Bila titik-titik detail masih ada yang belum diukur maka harus membuat garis ukur kembali dengan cara membuat garis tegak lurus dengan garis ukur a.

 

b, Metode trilaterasi

Langkahnya :

Lakukan pengukuran jarak-jarak antara titik-titk sehingga membentuk segitiga-segitiga sembarang ( jarak antara titik detail, titik kerangka atau titik bantu ).

Prosedur Penggambaran

Metode Garis Tegak Lurus :

  1. Plot data titik-titik control (bila ada) pada kertas millimeter.
  2. Buat garis ukur a.
  3. Ukur jarak-jarak pada garis ukur sesuai dengan data hasil ukuran dengan menggunakan skala tertentu.
  4. Beri tanda pada garis ukur sesuai dengan lapangan (misal a’, b’, c’, dst)
  5. Buat garis tegak lurus dengan garis ukur melalui melalui pada langkah 4 dengan jarak a’a, maka titik detail a sudah tergambar.
  6. Ulangi seperti langkah 5.
  7. Buat garis ukur b.
  8. Lakukan seperti langkah 3 s/d 5.

Metode Trilaterasi :

  1. Plot data titik-titik Kontrol / kerangka (bila ada) pada kertas millimeter.
  2. Bila tidak ada, tarik garis salah satu sisi ukuran.
  3. Tarik garis sejauh d1 dari titik A dan d2 dari titik B dengan batuan jangka, sehingga diperoleh posisi detail titik 1 (detail titik 1 merupakan titik potong lingkaran yang ditarik dari titik A dan B.
  4. Ulangi seperti langkah 3 sampai dengan semua titik-titik detail tergambar secara menyeluruh.

Pemetaan Topografi

Untuk memperoleh gambaran (peta) sebagian atau seluruh permukaan bumi pada posisi X, Y dan Z, sehingga memperoleh gambar/peta dengan skala tertentu yang selanjutnya peta tersebut digunakan untuk suatu keprluan teknis tertentu.

A. Dasar Dasar Teori yang dipakai pada pemetaan topografi terestris.

Untuk memperoleh gambaran data dalam rangka pembuatan suatu peta yang menyajikan seluruh atau sebagian permukaan bumi baik unsure buatan alam maupun unsur buatan manusia dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adapun pekerjaan yang harus dilakukan pada proses pemetaan detail topografi meliputi:

– Pembuatan/pengukuran kerangka dasar vertical

– Pembuatan/pengukuran kerangka dasar horizontal dengan pengamatan mataharinya.

– Pengukuran detail topografi

Pada materi ini tidak akan dibahas jenis pekerjaan pengukuran kerangka, karena materi tersebut sudah dibahas dan dipraktekan sebelumnya. Missal kerangka dasar vertical di IUT II, jadi yang akan dibahas disini hanya pekerjaan pengukuran detail topografi. Pelaksanaan pengukuran detail topografi dapat dilakukan dengan 2(dua) cara/sistim, yaitu Sistem Sudut dan Sistem Asimut.

1. Sistem Sudut

Untuk memperoleh posisi titik-titik detail pada metode ini dilakukan pengukuran dengan selalu beracuan pada titik kerangka dasar sehingga untuk menyatakan posisi detail akan dinyatakan dengan sudut dan jarak dari titik kerangka yang digunakan.

Dengan memperhatikan gambar 1 terlihat bahwa untuk menyatakan posisi detail titik a harus diukur besar sudut β1 dan jarak d1, untuk menyatakan posisi detail titik b harus diukur besar sudut β2 dan jarak d2 dan selanjutnya.

pemetaan-situasi-4

Keterangan:

– A, B, C, dan D : titik kerangka dasar

– .a, b, c, d, e, f, dsb : titik-titik detail (pojok-pojok/ batas persil)

– .β1, β2, β3, dsb        : sudut antara titik kerangka (titik acuan) dengan titik-titik detail

– .d1, d2, d3, dsb : jarak antara titik kerangka (titik acuan) dengan titik-titik detail

 

2. Sistem Asimut

Untuk mendapatkan posisi titik-titik detail pada sistim asimut dilakukan dengan beracuan pada arah utara magnetic (umumnya menggunakan teodolit TO) dan selalu diikatkan pada kerangka dasar sehingga untuk menyatakan posisi detail akan dinyatakan dengan asimut dan jarak.

Jelas terlihat dari gambar 2 bahwa untuk menyatakan posisi detail titik a harus diukur besar sudut α1 dan jarak d1, untuk menyatakan posisi detail titik b harus diukur besar sudut α2 dan jarak d2 dan selanjutnya.

pemetaan-situasi-5

Keterangan:

– A, B, C, dan D         : titik kerangka dasar

– .a, b, c, d, e, f, dsb  : titik-titik detail (pojok-pojok/ batas persil)

– .α1, α 2, α 3, dsb      : sudut antara titik kerangka (titik acuan) dengan titik-titik detail

– .d1, d2, d3, dsb        : jarak antara titik kerangka (titik acuan) dengan titik-titik detail

– UM                                 : Utara Magnetik

Metoda pengukuran dari kedua sistim (sistim sudut dan sistim asimut) umumnya menggunakan metode tacimetri, karena metoda tersebut cukup baik untuk dilakukan.

Metoda tacimetri pada gambar dibawah:

pemetaan-situasi-6

Diukur:

BA             : bacaan benang atas

BT             : bacaan benang tengah

BB             : bacaan benang bawah

m/z           : bacaan sudut vertical miring/zenith

Ta              : tinggi alat

 

Dihitung :

Jarak optis AB (DoAB)      = 100 x | BA – BB|

Jarak datar AB (DdAB)      =  atau  Do cos2 m

Beda tinggi AB (ΔhAB)     =   1/2 x Do sin 2m + ( TA – BT ) atau  1/2 x Do sin 2z + ( TA – BT )

Tinggi titik B(Hb)              = HA + ΔhAB

 

Peralatan yang digunakan :

            – 1(satu buah) Teodolit T0, T2, dan Waterpass

            –  1(satu) buah statip

            – 1(satu) buah rambu ukur

            – 2(dua) buah rambu ukur

            – 1(satu) buah pita ukur

            – 1(satu) buah unting-unting

            – Alat tulis

Prosedur Pengukuran :

– dirikan alat di A, atur sehingga siap dioprasikan

– buka kunci bousole sehingga lingkaran horizontal bias bergerak bebas, bila sudah bener-bener diam (kunci bousole bias kembali atau tidak)

– ukur tinggi alat (Ta) dan dirikan rambu di titik detail a

– arahkan alat ke rambu di titik a, baca dan catat bacaan (BT, BA, BB, asimut dan sudut vertical)

– dirikan rambu di titik detail b

– putar arahkan alat ke rambu di titik b, baca dan catat bacaan (BT, BA, BB, asimut dan sudut vertical)

– ulangi seperti langkah 4 dan 5 sampai dengan detail yang dapat diukur dari titik A selesai

– pindahkan alat ke titik lain, ulangi seperti tahap 2 s/d 6 hingga pengukuran selesai.

 

 

Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!

Sumber:
Geodesi, ITENAS-BANDUNG

Artikel Geodesi, Geodesi, Ilmu Ukur Tanah Dasar, Materi Geodesi, Metode Fotogrametris, Metode Teristris, Pemetaan Situasi, Planimetris, Tofografis

HUBUNGI KAMI DI WHATSAPP
error: Maaf ga bisa di klik kanan!!!